Pelet dalam Telekomunikasi

Media telekomunikasi dewasa ini berkembang sedemikian pesatnya mulai dari yang awalnya berasal dari surat melalui kurir, surat merpati pos, telegraf, radio, telepon, televisi, faksimile, handphone hingga komputer dengan internetnya telah membawa kita ke dunia baru. Bahkan sekarang orang bisa bertatap muka meskipun terpisah jarak diantara kita (ciee roman banget nich).

Namun ada beberapa tipe media telekomunikasi yang sudah ada sejak dari dulu namun belum pernah dikategorikan telekomunikasi oleh dunia internasional atau bahkan nasional sekalipun. Bahkan standard ITUnya belum ada. Contohnya : pelet, santet ataupun pengobatan supranatural jarak jauh.

Mengapa saya menggolongkan tiga hal di atas sebagai telekomunikasi? Karena keempat hal yang dipersyaratkan untuk dapat masuk kategori telekomunikasi (pengirim, penerima, jarak dan informasi) semuanya ada di sana.

Contoh : pelet.
Di sana ada pengirim yakni seseorang (umumnya laki-laki) yang ditolak cintanya. Biasanya karena keterbatasan kualitas wajah atau kapasitas dompet.
Di sana ada sang penerima pelet yakni seseorang (umumnya wanita) yang dikejar-kejar banyak penggemar. Biasanya cantik mempesona dan sangat kontras bila harus disandingkan dengan pihak pengirim wajar kan kalo sang cewek nolak.
Di sana ada jarak yang memisahkan mereka berdua. Kasian banget kalo gak ada jarak. Bencana buat sang cewek dan anugrah buat sang cowok.
Dan yang terakhir ada informasi yang dipertukarkan yaitu keinginan sang cowok yang menggebu-gebu untuk mendapatkan pujaan hatinya. Dan informasi balikan berupa hasrat tak tertahankan untuk muntah dari pihak wanita. Sayang hasrat ini tidak diketahui atau seringnya pura-pura tidak tahu oleh pihak pria. Kalo mau ditilik lagi ini adalah komunikasi searah yaitu sang pengirim memaksakan kehendak kepada sang penerima tanpa menghiraukan sinyal balikan. Dunia sungguh kejam pada makhluk secantik itu. Xixixi

Nahh… karena memenuhi pra syarat telekomunikasi itu maka sebenarnya pelet bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk telekomunikasi. Sebenarnya menjadi pertanyaan besar mengapa ilmu pelet ini tidak diakui oleh dunia internasional lewat ITU-T atapun oleh dunia nasional lewat Dirjen Postel.

Mungkin satu kendala yang bisa menjawab pertanyaan tersebut adalah tidak memungkinkan melakukan pengukuran terhadap media yang dikirimkan melalui pelet dan santet. Juga pengukuran terhadap dampak penerima? Apakah pesan sudah berhasil diterima atau tidak? Sayang sepertinya tidak ada yang berminat melakukan percobaan di laboratorium untuk menghitung efek-efeknya.

Jika parameter-parameter yang ada di dalamnya bisa diukur maka akan mudah dalam membuat peraturan atau pun standardisasi yang harus digunakan. Tentu akan mudah juga bagi bidang industri untuk melakukan mass production. Tentunya jangan lupa untuk dipatenkan sebagai media transmisi yang asli dari Indonesia (Wahh.. bisa-bisa mengalahkan patentnya CDMA oleh Qualcomm nich… :D)

Kalau memang ini menjadi ilmu telekomunikasi maka gak bisa dibayangin soal yang harus dikerjakan oleh mahasiswa teknik telekomunikasi dalam mata kuliah Sistem Komunikasi Pelet Lanjut. Mungkin kurang lebihnya seperti ini :
Hitung berapa gram menyan yang harus dibakar untuk dapat mengirim 3 buah paku berkarat dengan berat masing-masing 1 gram jika calon korban berada pada jarak 30 km dari penerima. Asumsi yang digunakan adalah cuaca cerah tidak ada aral melintang dan sang korban bukan seorang religius sehingga tidak memiliki firewall.

Hehehe soal yang aneh. Bagi yang bisa menyelesaikan harap kirim jawaban ke nomor hp di bawah ini dengan register terlebih dahulu Ketik Reg spasi JAWAB. Hadiahnya sangat menarik. Tiga kilo paku berkarat akan langsung dikirim ke perut Anda oleh Ki Joko Pinter. Pengumuman akan saya kirim langsung dari hp saya. Itupun kalo ada pulsa hehehe.

8 thoughts on “Pelet dalam Telekomunikasi

  1. Jangan suka mainan barang santet gini anak muda, harus ada dasarnya, tidak kompeten™… jangan hanya tren sesaat™….

    Jawab:
    Asumsi gravitasi bumi: g=10 m/s
    3 buah paku @ 1 gram= 3 gram

    Jarak= 30 km, jika dan hanya jika objek dalam posisi diam, jika objek bergerak maka variabel percepatan (a) harus dimasukkan dalam persamaan. Karena disoal tidak disebutkan, maka asumsi objek statis.

    Konstanta menyan mengikuti postulat Bodo ke dua: Setiap gram menyan yang dibakar berbanding lurus dengan berat badan dari objek tujuan

    Karena dalam soal tidak disebutkan maka soal tidak bisa dijawab. Jadi, seperti yang saya bilang….tidak kompeten™…. 😛

    Hiy Pak!™

  2. Wah.. boleh juga tuh dipelajari ilmunya. Ntar kita bikin jasa pelet online. Gak usah melet manual lagi. Biar server yang ngirim peletnya. Registrasi juga online, semuanya online dech..!! Bisa juga ngirim pelet lewat SMS, berlangganan RSS feed pelet, dsb.

  3. bwahahahahahaha….
    Hitung berapa gram menyan yang harus dibakar untuk dapat mengirim 3 buah paku berkarat dengan berat masing-masing 1 gram jika calon korban berada pada jarak 30 km dari penerima. Asumsi yang digunakan adalah cuaca cerah tidak ada aral melintang dan sang korban bukan seorang religius sehingga tidak memiliki firewall

    sik sik…perlu penelitian dulu bos, sumpah deh dibanyuwangi emang terkenal banyak dukun pelet (melet-melet)
    tapi belum pernah tuh ada yang nanya ini
    ntar ya saya tanyakan

Leave a Reply to h4rs Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *