Jepara, sebuah kota kecil di pesisir utara pulau Jawa ini terkenal di seantero dunia karena ukirannya. Beraneka ragam furniture yang berhias ukiran indah dari Jepara sudah banyak yang dipasarkan di manca negara.
Tidak hanya ukiran, Jepara juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah. Beberapa hari yang lalu aku bersama Oelpha, Didut, Sofyan, dan Ocha melakukan piknik dadakan ke Jepara. Tujuan pertama adalah ke Pantai Kartini. Pantai yang memiliki nama sama dengan obyek wisata serupa di daerah Rembang. Jepara merupakan kota kelahiran R.A Kartini, sedangkan Rembang adalah tempat tinggal sampai akhir hayatnya.
Pantai Kartini letaknya bersebelahan dengan dermaga penyeberangan. Dari dermaga ini kita bisa menyebrang ke kepulauan Karimunjawa. Kondisi pantai yang kotor menyebabkan kurang nyaman untuk bermain di pinggir pantai. Gedung yang berbentuk kura-kura raksasa juga tidak bisa dikunjungi, karena sedang direnovasi. Dari pantai ini kita bisa menyeberang ke Pulau Panjang dengan naik perahu. Dengan biaya Rp 10.000 per orang, perjalanan ke Pulau Panjang bisa ditempuh sekitar 15 menit. Pantai Pulau Panjang yang berpasir putih juga banyak dikotori sampah yang terdampar terbawa arus. Pulau ini merupakan salah satu pulau konservasi burung. Di sisi utara pulau juga dapat ditemukan sebuah mercu suar.
Setelah berjalan sekitar 30 menit mengitari Pulau Panjang, kami kembali ke Pantai Kartini untuk makan siang. Teman kami Danindra melalui telepon menyarankan kami makan siang di daerah Pungkruk. Terletak sekitar 8 km dari pusat kota Jepara ke arah Bangsri. Di sana saung-saung tempat ada di atas laut. Akses jalan antar saung menggunakan jembatan dari bambu.
Setelah puas menyantap masakan seafood dengan menu Kepiting dan Ikan Kerapu, perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Bandengan. Berdasarkan petunjuk dari pemilik warung makan, kami melewati jalan pintas ke Bandengan, yang jauh lebih dekat jika dibandingkan harus memutar lewat jalan raya. Ternyata jalan tembus yang dimaksudkan harus melewati jembatan besi sepanjang 20 meter, lebar kurang dari 3 meter, pas dengan lebar mobil. Lantainya dari kayu yang sudah bolong-bolong dan ditambal di sana-sini. Setelah membaca doa, kami nekat melewati jembatan itu. Satu menit melintas di atas jembatan itu cukup membuat jantung kami berdetak kencang seperti habis berlari 10 km :))
Setelah beberapa kali salah jalan akhirnya sampai juga ke Pantai Bandengan. Kondisi pantainya jauh lebih bersih dari Pantai Kartini. Harga tiket masuknya sama dengan Pantai Kartini, Rp 2500 per orang, dan Rp 2000 untuk parkir mobil. Hamparan pasir pantainya yang putih sepintas mirip dengan yang ada di Pantai Kuta Bali. Di pantai ini kami menghabiskan sore dengan duduk-duduk di atas pasir menunggu matahari terbenam.
uwowowowwo pantaaaaiii
keren jon poto2nyah!
poto2 yang lain mana? :-"
huaaaaaaaaaaaa
koluka kok gak ngajak2 ???
karepmu opo jon…
:((
*nunggu foto2 laennya juga*
poto2 lainnya mana? :-?[-x
kamerane kanon dslr…
lensane iso modot molor…
potone gur sak upil…
penistaan resolusi…
ini diskriminasi… oelpha kowe sentimen karo aku po.. mesti pas aku rak ono podo jalan2…
wah ko jln2 tho