Tentang sepatu

Saya bukan orang yang rajin mengoleksi sepatu. Saat berpergian lebih senang memakai sandal gunung. Hanya ada sepatu ngantor yang terbuat dari kulit imitasi, sepasang sepatu lari. Sekarang bertambah sepatu dari karet seratus ribuan untuk jaga-jaga kalau menembus hujan dan banjir.

Kalau ada yang ngomong “ono rego ono rupo” ya betul juga. Sepatu lariku merk Nike, sepatu paling mahal yang pernah aku beli, dan umurnya sudah memasuki angka empat tahun. Awal datang ke Jakarta sempat beli sepatu kantoran murah meriah di ITC Ambassador, tapi umurnya ndak panjang, setahun sudah rusak hahaha.

Kemarin grup wasap Loenpia membahas tentang sepatu. Ada yang punya preferensi merk tertentu dengan alasannya masing-masing. Ada yang karena harga, kenyamanan, pilihan model, bahkan cuma karena pengen beli.

Sepatu berapa banyak? Favoritmu yang apa?

Terlambat

Say what you want to say when you have the time.
Tomorrow maybe one day late.
Our deepest regrets are words unsaid and things undone.

 

Tiga baris kata-kata yang aku temukan di “signature email” teman kantor.

Penyesalan memang selalu datang terlambat.

Mungkin saja ini penyesalanku.