#IndonesiaJujur: Yang jujur pasti menang!

Siang ini aku terhenyak mendengar berita tentang kejadian pengusiran keluarganya Ny Siami, warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya. Apakah keluarga itu karena melakukan kejahatan? Apakah karena menempati lahan yang bukan haknya? Tidak, keluarga penjahit pakaian ini diusir karena mengajarkan kejujuran kepada anaknya.

AL, putra dari Ny Siami, diplot oleh pihak sekolah untuk memberikan contekan pada teman-temannya saat Unas. Ny Siami mengetahui hal itu, dan berusaha mengetahui latar belakang dari kecurangan berjamaah tersebut. Pengaduan ke Kepala Sekolah SDN Gadel 2, tempat AL menuntut ilmu, dan Komite Sekolah tidak membuahkan hasil. Setelah melaporkan ke Dinas Pendidikan dan media massa, baru kasus ini mencuat ke permukaan.

Anehnya, Ny Siami malah mendapat tekanan dari warga Gadel, dan para Wali Murid. Mereka mengatakan Ny Siami hanya cari muka, dan berpendapat kalau mencontek adalah hal biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.

Inikah potret wajah pendidikan di Indonesia? Saat kejujuran menjadi hal yang asing dan kemudian dimusuhi? Akankah sistem pendidikan seperti ini yang akan menghasilkan pemimpin masa depan di negeri tercinta ini?

Sudah saatnya kita mengatakan tidak pada hal-hal seperti ini. Kejujuran pasti menang!

Mizan – untuk #IndonesiaJujur

Bacaan lebih lanjut:

  • http://www.surya.co.id/2011/06/10/ny-siami-si-jujur-yang-malah-ajur
  • http://www.bincangedukasi.com/indonesiajujur-suarakan-dukunganmu-akan-kejujuran.html

Foto: surabaya.detik.com

Renungan Kemerdekaan

Hari ini tanggal 17 Agustus 2009, bangsa Indonesia merayakan Dirgahayu ke-64 Republik Indonesia. Jam 10 pagi 64 tahun yang lalu, Bapak Soekarno didampingi Moh. Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan. Berakhir sudah masa penjajahan selama 350 tahun lebih.

Apakah benar kita telah merdeka? Di berbagai daerah masih banyak kemiskinan, anak-anak yang putus sekolah, busung lapar, berbagai macam penyakit, bencana alam, tindak kekerasan, dan lain sebagainya. Apakah benar kita telah Merdeka? Penggusuran PKL, pasar yang akan direnovasi tiba-tiba terbakar karena arus pendek listrik, penggusuran perkampungan untuk kemudian dibangun perkantoran dan pusat perbelanjaan. Apakah benar kita telah merdeka?

Iya, kita telah merdeka. Banyak dari siswa kita yang meneruskan sekolah di luar negeri. Negara Malaysia yang dulu mengirimkan mahasiswanya ke Indonesia sekarang sudah lebih maju pendidikannya. Iya, kita telah merdeka. Kalau sakit berobatlah ke Singapura, karena Rumah Sakit kita bakal menolak pasien dari keluarga miskin kalau tidak ada yang membuat pernyataan penanggungan biaya pengobatan. Iya, kita telah merdeka. Terjebak macet di jalan raya? Segeralah inden Mercedes Benz seri E terbaru yang seharga lebih dari satu milyar rupiah, agar nyaman selama terjebak macet. Tapi harus sabar, yang inden mobil tersebut di Kota Semarang sudah 120 orang lebih. Iya, kita telah merdeka.

MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA!

Bulan itu ungu

Bulan itu Ungu

Bulan itu Ungu

“Bulan itu ungu, Marno.”
“Kau tetap hendak memaksaku untuk percaya itu ?”
“Ya, tentu saja, Kekasihku. Ayolah akui. Itu ungu, bukan?”
“Kalau bulan itu ungu, apa pula warna langit dan mendungnya itu?”
“Oh, aku tidak ambil pusing tentang langit dan mendung. Bulan itu u-ng-u! U-ng-u! Ayolah, bilang, ungu!”
“Kuning keemasan!”
“Setan! Besok aku bawa kau ke dokter mata.”

Penggalan cerpen ini dulu pertama kali aku baca di buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas 2 SMA. Sebuah cerpen karya Umar Kayam yang berjudul “Seribu Kunang-kunang di Manhattan”.

Continue reading