Malam itu, seorang bapak yang sudah menginjak usia senja tampak menuntun sepedanya menyusuri jalan di kawasan Pecinan Semarang. Di belakang sadel sepedanya, terdapat gilingan kopi dan dua kaleng. Jeepban dan Saya memanggilnya, selain karena stok di rumah sudah hampir habis, juga didorong rasa penasaran akan rasa dari kopi yang dijual bapak itu.
“Saya sudah berkeliling menjajakan kopi sejak tahun 1965 mas, sejak jaman PKI.”, tutur bapak itu sambil memutar gilingan kopi. “Ibarat tentara, Saya ini mentok di Kopral, dan tidak naik-naik ha ha ha” , kelakarnya. Continue reading “Cerita Hidup Penggiling Kopi” »